Khairunnisa (1KA25) – 15114845
Ilmu
Sosial Dasar, Tugas #3
Film :
Laskar Pelangi (2008)
Pada tahun 1970-an, sebuah sekolah
Muhammadiyah yang terancam akan dibubarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia Sumsel jika siswanya tidak mencapai 10 anak. Pada saat itu
baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi ketika Pak Harfan
sang kepala sekolah akan berpidato untuk menutup sekolah, Harun dan ibunya
datang untuk mendaftar sebagai siswa di seklolah kecil itu. Sekelompok 10 siswa
itu berjuang dengan kemiskinan dan mengembangkan harapan untuk masa depan
mereka di Desa Gantong, pulau pertanian dan pertambangan timah Belitung di
lepas pantai timur Sumatra. Dari sanalah dimulai cerita mereka, mulai dari
penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Bapak Harfan kepala sekolah
yang juga mengajar, dan Bu Mus satu-satunya guru yang mereka miliki. Perkenalan
mereka yang luar biasa dimana A Kiong yang hanya cengar cengir ketika ditanya
namanya oleh Bu Mus, pemilihan ketua kelas yang di protes, kejadian
ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta Ikal, dan pertaruhan
nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya kesekolah.
Sekolah Muhammadiyah memiliki 10
siswa luar biasa yang dipanggil Laskar Pelangi oleh Bu Mus, karena mereka
sangat menyukai pelangi yang mereka lihat di pesisir pantai timur. Laskar
pelangi melewati hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Bakat
luar biasa yang dimiliki Mahar membawa kemenangan manis pada karnaval 17
Agustus dan kejeniusan Lintang yang menantang mengalahkan Drs. Zulkifar, guru
sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas
cermat. Ada juga tingkah konyol Ikal yang jatuh cinta dengan A Ling yang merupakan
saudara sepupu A Kiong teman kelas Ikal. Kisah 10 kawanan ini berakhir dengan
kematian ayah Lintang yang memaksa Lintang untuk putus sekolah, dan dilanjutkan
kejadian 12 tahun kemudian dimana Ikal yang berjuang diluar pulau Belitong
kembali ke kampungnya.
Komentar
:
Film garapan Riri ini memiliki nilai
sosial yang tinggi, dengan keterbatasan yang dialami oleh 10 sekawan
Muhammadiyah tidak membuat mereka menyerah dan mundur. Mereka terus berjuang
menimba ilmu disekolah kecil ini dan memberikan yang terbaik yang mereka
miliki. Tidak memandang seberapa jauh mereka harus menempuh jarak agar sampai
kesekolah, tidak melihat rintangan apa yang mereka lewati. Film ini juga
menunjukkan tekad dan semangat juang belajar yang tinggi yang tidak pernah
berhenti sampai mereka dewasa. Kesetiakawanan yang ada pada diri mereka untuk
saling membantu satu sama lain, saat salah satu dari mereka mengalami
kesulitan.
No comments:
Post a Comment